Salah satu ciri pembelajaran sains termasuk fisika adalah melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen. Dengan adanya praktikum maka konsep sains yang sudah didapatkan dapat dibuktikan secara ilmiah serta dapat dilihat kesesuaian antara fakta dan teori. Pembelajaran sains pada hakikatnya mengajak peserta didik dalam hal ini murid untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu aktivitas yang dapat mengaktifkan murid dalam proses pembelajaran adalah melalui kegiatan eksperimen.
Kondisi di tiap tempat dan sekolah berbeda-beda ada yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, ada yang memiliki kondisi lingkungan yang mendukung serta akses yang baik. Namun tidak sedikit juga sekolah yang memiliki keterbatasan dalam sarana dan alat praktikum, jika pun ada alat praktikum kondisinya sudah kurang baik atau terbatas.
Pada hakikatnya pembelajaran sains itu bermula dari kejadian di alam, pada jaman dahulu misalnya Ilmuan mempelajari konsep keteraturan alam lalu konsep tersebut disederhanakan dan dirumuskan melalui kaidah-kaidah dan metode ilmiah yang diuji terus menerus sehingga jadilah sebuah Hukum, Konsep, Fakta sains.
Saat mengajar di kelas X (sepuluh) MIA sekitar satu tahun lalu saya berkesempatan untuk menyampaikan materi tentang pengukuran. Materi pengukuran merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajarn fisika. Secara sederhana pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran yang lain. Umumnya kegiatan pembelajaran untuk materi pengukuran dilakukan di Laboratorium. Kegiatan yang dilakukanpun sepertinya itu-itu saja. Misalnya mngukur ketebalan plat atau uang logam, ketebalan kawat ataupun yang lainnya. Jujur saja kegiatan tersebut seolah-olah tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Padahal hakikat belajar adalah konsep atau meteri yang didapatkan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat kondisi tersebut lalu saya berefleksi dan menemukan ide bagaimana agar pembelajaran yang dilakukan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Lalu saya mengalihkan pembelajaran dari dalam Laboratorium Fisika menuju Laboratorium Alam. Kami memilih kebun di sekitaran sekolah untuk belajar konsep pengukuran. Saya meminta murid saya untuk membawa penggaris, tali raffia dan masing-masing satu kelompok juga saya pinjamkan termometer.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengukur suhu air “arongan” atau air sungai kecil. Saya meminta murid saya untuk mengukur suhu air dibeberapa titik lalu data yang didapat dimasukan kedalam lembar pengamatan yang telah saya sediakan. Setelah mengukur suhu air, selanjutnya saya minta siswa untuk menghitung keliling pohon. Cara untuk menukur keliling pohon adalah dengan melilitkan satu kali putaran tali raffia ke lingkaran pohon, lalu diukur panjangnya. Setelah diketahui panjanggnya kita bisa mengetahui keliling pohon tersebut. Dari data keliling pohon murid saya suruh mencari jari-jari pohon dan luas lingkaran pohon menggunakan persamaan lingkaran. Setelah data amatan diisi diakhir sesi saya minta mereka memberikan analisis terhadap hasil pengamatannya.
Dari hasil kegiatan praktikum pengukuran di alam, melalui satu kegiatan yang dilakukan bisa tersampaikan banyak materi dan konsep fisika. Materi dan konsep tersebut diantaranya adalah besaran pokok dan turunan yang didapat dari persamaan lingkaran, metode ilmiah dari kegiatan pengamatan, serta praktikum pengukuran dan bahkan jika diteliti lagi masih banyak konsep fisika yang bisa kita amati dari kegiatan tersebut.
Alam telah memberikan semuanya untuk kita, keterbatasan alat praktikum tidak akan menghalangi kita untuk melakukan kegiatan pengamatan. Melakukan sesuatu yang relevan dengan kehidupan sehari-hari tentu lebih bermakna ketimbang melakuakn kegiatan pembelajaran yang kurang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Semua bisa dilakukan oleh seorang guru, yang penting ada kemauan untuk melakukannya.
Comments
Post a Comment