Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya. Menurut Djohar MS (2006) pendidikan di negara kita saat ini sedang menghadapi tantangan baik substansi maupunn penyelenggaraannya disatu pihak, dan tantangan ke dalam maupun ke luar dilain pihak. Tantangan substansi lebih terarah kepada mutu pendidikan kita, sedangkan tantangan penyelenggaraannya lebih terarah pada mutu praksis pendidikan kita dan penyelenggaraaan sistem pendidikan guru kita. Tantangan yang berhubungan dengan penyelanggaraan pendidikan kita ditingkat praksis adalah terkait dengan kegiatan pembelajaran sehari-hari yang terlalu sentris kepada kepentingan kebijakan dan kepentingan guru daripada kepentingan anak, berorientasi ke masa lampau dari pada ke masa depan, mementingkan kelanjutan studi anak dari pada kemanfaatan pendidikan bagi anak-anak yang akan masuk kedalam kehidupan bermasyarakat, mementingkan muatan pengetahuan daripada kompetensi yang dapat digunakan anak untuk meraih kehidupan.
Tantangan kedalam terjadi karena adanya tarik-menarik antara kepentingan pusat (sentralisasi) daerah dan sekolah (otonomi), anatara kepentingan kurikulum dengan kepentingan anak, antara harapan kurikulum dengan implementasinya disekolah. Pendidikan di sekolah kita saat ini cenderung menghasilkan generasi bangsa yang memiliki ketergantungan dari pada kemandirian, serta lebih mementingkan IQ daripada menghasilkan kreativitas (Djohar MS, 2006). Menurut Musa Asy’arie (2015) pendidikan kita saat ini memiliki kecendrungan lebih menekankan pada penguasaan nilai-nilai logika dengan mengembangkan konsep ilmu pengetahuan dan teknologi yang semangkin canggih. Sementara nilai-nilai etika dan estetika hanya dianggap sebagai pelengkap saja, sehingga pendidikan kita gagal membentuk kepribadian yang kuat. Terbukti budaya nyontek, tawuran bahkan plagiarism di tingkat para intelektual marak terjadi dimana-mana, bahkan korupsipun dilakukan oleh para sarjana dan kalangan terdidik.
Jka kita beralih keluar kita menghadapi tantangan kehidupan global, ketertinggalan kita dalam penyelanggaraan pendidikan dari negara tetangga, tidak jelasnya visi dan misi serta penyelenggaraan pendidikan kita, rendahnya kapasitas hasil pendidikan dan bahaya rendahnya kemampuan anak bangsa kita dalam menghadapi kompetisi kehidupan global nanti. Hal tersebut dapat terjadi apabila etos kerja dan kreativitas hasil pendidikan kita tidak mampu berkompetisi dengan hasil pendidikan di negara lain. Perubahan global yang sedang terjadi merupakan revolusi global yang melahirkan suatu gaya hidup (a new life style). Karakteristik gaya hidup tersebut adalah kehidupan yang dilandasi penuh persaingan sehingga meminta masyarakat dan organisasi didalamnya agar mampu mengikuti perubahan-perubahan yang cepat terjadi. Menurut (Deni & Halimah : 2008) terdapat 4 ciri utama globalisasi yaitu 1) Dunia tanpa batas (borderless world) 2) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi aplikasinya didalam kehidupan manusia, 3) kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi manusia (human right and obligation) 4) kerjasama dan kompetensi antar bangsa.
Sejak awal tahun 90-an yang lalu dengan kecepatan proses globalisasi disadari pentingnya pendidikan bukan saja demi perkembangan pribadi (tujuan klasik pendidikan), tetapi juga bagi proses pembangunan suatu bangsa. Bangsa yang sudah maju tidak lgi mengalami permasalahan dengan “pendidikan dasar”, karena umumnya tingkat melek huruf sudah sangat tinggi bahkan mencapai 100% sehingga mereka umumnya sudah memfokuskan perhatian pada pendidikan tinggi (akademik maupun professional) yang berbasis teknologi mutakhir. Negara-negara berkembang yang kebanyakan baru mengalami kemerdekaan politik tahun 1950-an umumnya masih bergumul dengan pendidikan di tingkat dasar, sehingga pendidikan tinggi menjadi porsi bagi the small elites. Sementara pemerintah di negara berkembang berupaya setengah mati menaikan masa wajib belajar, sebagian negara industry maju sudah mencapai tahap menyediakan pendidikan gratis dan bermutu bagi warganya.
Namun semua itu bukanlah menjadi sebuah halangan, bagi sebuah bangsa yang ingin maju. Didalam keterbatasanpun seharusnya bukan menjadi halangan untuk maju dan berkembang. Guru yang merupakan salah satu sosok kunci dari keberhasilan pendidikan di sekolah, sebaiknya tidak menyerah apalagi berputus asa hanya karena keterbatasan dan keadaan negara kita. Jayalah Guruku...Jayalah Bangsaku... Selamat Hari Guru Nasional 2015.... :)
*Dikutip dari Berbagai Sumber
Tulisan ini awalnya ingin dimasukan kedalam surat kabar lokal, namun karena keterbatsan waktu, serta masih banyak kekurangan disana-sini maka hanya di posting di blog pribadi ini saja
good ran,,,,,,
ReplyDeleteayo berkarya lagi ran,,,,
ReplyDelete