Sebagian orang tua
menghawatirkan tentang fenomena game online yang banyak digandrungi anak-anak usia sekolah saat ini. Jika dahulu untuk bermain game
online hanya bisa dilakukan di warung internet (warnet) dan
menggunakan PC (personal computer). Namun kini game online sangat mudah diakses karena untuk memainkan game cukup menggunakan smart phone yang terhubung dengan internet.
Game online adalah permainan yang dimainkan secara online via internet. Game dengan fasilitas online via internet menawarkan fasilitas lebih dibandingkan dengan game biasa (seperti video game) kerena antar pemain bisa berkomunikasi dengan pemain lain diseluruh penjuru dunia melalui fasilitas chating.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 oleh seorang pakar adiksi video game di Amerika, Mark Griffiths dari Nowingham Trent University, pada anak usia awal belasan tahun menemukan hampir sepertiganya bermain game online setiap hari, yang lebih mengkhawatirkan sekitar 7%-nya bermain paling sedikit selama 30 jam per minggu.” Menurut Griffiths (2000) betapa besar dampak jangka panjang dari kegiatan yang menghabiskan waktu luang lebih dari 30 jam per minggu, yaitu perkembangan aspek pendidikan, kesehatan dan sosial remaja.
Sebagai seorang pendidik saya pribadi juga sering merasa prihatin terhadap siswa saya yang kecanduan game online. Sehingga tidak jarang dari kita mengaitkan game dengan prestasi belajar anak. Misalnya jika kebanyakan bermaian game maka prestasi belajar anak-anak menurun karena anak-anak lebih terfokus kepada game dibandingkan dengan materi pelajaran yang kita sampaikan.
Sebagai seorang pendidik saya pribadi juga sering merasa prihatin terhadap siswa saya yang kecanduan game online. Sehingga tidak jarang dari kita mengaitkan game dengan prestasi belajar anak. Misalnya jika kebanyakan bermaian game maka prestasi belajar anak-anak menurun karena anak-anak lebih terfokus kepada game dibandingkan dengan materi pelajaran yang kita sampaikan.
Dengan berbagai macam dampak negatifnya game bisa
membuat anak-anak lupa dan kurang fokus terhadap belajar. Rheinald
Kasali (2018) mempunyai sudut pandang lain soal game menurutnya kurang fair jika melihat game hanya dari sudut pandang
orang tua atau kita sebagai pendidik, sebaiknya kita juga memandang dari sudut
pandang anak-anak. Dunia game memberi anak-anak kita dunia yang sama sekali
berbeda dengan dunia nyata. Dunia game bagi anak-anak kita sangat apresiatif.
Ketika anak-anak bergabung dalam suatu game
mereka langsung disambut dengan meriah “Selamat Datang, inilah pahlawan yang
akan membebaskan bangsa kita dari cengkraman makhluk jahat”. Begitu sambutnya. Lalu anak-anak kita di briefing dengan jelas tentang tata cara bermain dan musuh-musuh
yang bakal mereka hadapi. Untuk menghadapainya anak-anak kita juga dibekali
dengan senjata-senjata yang canggih bahkan beberapa game juga dilengkapi dengan
fitur untuk memilih senjata yang diinginkan.
Perjalanan pun dimulai anak-anak mulai bermain
dengan dunia yang imajinasi, setiap perjalanan dan berhasil melakukan satu misi
dengan misi yang lain mereka dielu-elukan bahkan diberikan Reward berupa perlengkapan senjata yang baru dan canggih.
Ketika gagal anak-anak kita juga tidak dihukum
atau bahkan dicaci maki, akan tetapi ketika gagal anak-anak kita malah dihidupkan dan disuruh mengulang kembali
lagi dan lagi. Sampai berhasil. Ketika berhasil apresiasinya sungguh luar biasa
sekali. Ada tepuk tangan, ada tambahan poin dan lain sebagainya, anak kita
benar-benar disanjung seperti seorang pahlawan.
Itulah dunia game bagi anak-anak kita, sangat
apresiasi.
Bagaimana dengan dunia nyata ?
Menurut Rheinald Kasali (2018) budaya
pengajaran kita masih amat gemar menghukum Orang tuapun gemar menegur, hal ini
dikarenakan instruksi gurunya yang satu arah dan kadangkala tidak jelas, ketika
anak melaporkan bahwa nilai ulangannya jelek, orangtua dan guru sering beraksi
berlebihan (memarahi atau bahkan menghukum).
Berbeda bukan dengan dunia game yang tidak
mengenal hukuman. Sebaliknya anak anak kita ditantang untuk mencoba lagi dan
lagi begitu terus sampai berhasil. Sangat jarang di dunia nyata hal tersebut
dapat terjadi.
Dalam Dunia ketika hasil ulangan anaknya bagus
dan mendapat nilai 100 misalnya, apakah ada apresiasi yang berlebihan ?
tententu kita sendiri yang dapat menilainya. Sekali lagi dunia nyata berbeda dengan
dunia game yang sangat besar memberikan apresiasi dan ketika gagal anak-anak disuruh untuk mencoba lagi.
Begitulah sejak kecil kita dibesarkan dan
membesarkan anak dalam lingkungan yang miskin apresiasi. Alhasil kita menjadi
begitu sulit memuji dan mudah sekali mengkritik. Bahkan kita bisa jadi sering
mencari-cari kesalahan orang lain namun sangat jarang mengapresiasi.
Semoga kita semua bisa menjadi lebih baik lagi. :)
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny